Senin, 29 Mei 2017

Teori hubungan interpersonal



TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Komunikasi Antar Pribadi dan Kelompok
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Amelia Rahmi, M.Pd

Disususn Oleh :
Ikromah                       (1401016036)
Siti mumayzah            (1401016037)
Arifuddin Nafi’          (1401016040)



FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015

              I.     PENDAHULUAN
Manusia hidup sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu berarti manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang lain. Setiap orang memiliki kedudukan dan peran yang berbeda-beda. Manusia sebagai makhluk individu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sebagai makhluk sosial, manusia meupakan bagian dari sistem masyarakat yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainya sebagai sesama anggota masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial juga berarti manusia itu tidak dapat hidup secara individu, melainkan selalu berkeinginan untuk tinggal bersama sekaligus menjalin hubungan dengan individu-individu lainnya dan saling memerlukan satu sama lain. Manusia merupakan makhluk sosial, karena kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Karakteristik kehidupan sosial mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi dengan yang lainnya, sehingga terjalin sebuah ikatan persamaan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah suatu interaksi yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Akibat dari hubungan ini menimbulkan kebahagiaandan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan

           II.     RUMUSAN MASALAH
A.  Apa Pengertian Teori Pertukaran Sosial?
B.  Apa Pengertian Teori Peranan?

        III.     PEMBAHASAN
A.  Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkan dengan penghargaan yang didapatkan dengan meneruskan hubungan itu. Para teoretikus pertukaran sosial berpendapat bahwa semua orang menilai hubungan mereka melihat pengorbanan dan penghargaan. Sudut pandang pertukaran sosial berpendapat bahwa rang menghitung nilai keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterima (Monge & Contractor, 2003)[1]
Model ini memandang bahwa pola hubungan interpersoal menyerupai transaksi dagang. Hubungan antarmanusia itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memeoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau bahkan mengalami kerugian. Jika erasa memperoleh keuntungan maka komuikasi berjalan dengan lancar dan berjalan mulus, tetapi jika merasa rugi maka komunisi akan terganggu, putus dan bahkan berubah menjadi permusuhan. Dengan demkian, orang berniat untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena dilandasi oleh adanya keinginan untuk memdapatkan keuntungan. Asumsi dari teori ini bahwa setiap individu secara sadar dan nyaman menjalin hubungan interpersonal selama hungbungan itu memuaskan yang ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
Jallaludin Rakhmat menjelaskan, ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran bisa berupa uang ataupun bentuk lainnya. Makna ganjaran bagi setiap individu berbeda-beda. Jallaludin Rakhmat menjelaskan bahwa biaya adalah akibat diniali negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya juga dapat berupa uang, waktu, pemikiran dan sebagainya.
Dalam perspektif teori pertukaran sosial ini, ketika menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan perhititungantentang hasil atau laba dari hubungan itu. Dalam teori ini, cara kerja orang mengevaluasi suatu hubungan dengan orang lain adalah identik dengan cara yang dilakukan oleh seorang pedagang.[2]
Teori-teori pertukaran sosial dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer, yaitu menyediakan baranga atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang ata jasa yang diinginkan. Ahli teori ini memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selau dapat diubah dan dapat diukur dengan uang. Sebab dalam berbagai tansaksi sosial dipertukarkan juga hal-ha yang nyata dan tidak nyata[3].
Struktur-struktur pertukaran sosial relasi pertukaran berkembang menurut struktur ketergantungan timbal balik. Proses pertukaran menggambar terjadinya interaksi didalam struktur pertukaran. Kesempatan pertukaran memberikan faktor peluang untuk menginisiasikan pertukaran, ketika inisiasi terbalas, pertukaran timbal balik antara manfaat yang dihasilkan disebut transaksi. Serangkaian transaksi terus-menerus diantara faktor-faktor yang sama merupakan relasi pertukara[4].
B.     Teori Peranan
Jallaludin Rakhmat mengatakan apabila terori pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, model peranan ini melihat sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesua denga “sekenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang memenuhi sekenario, maka hidupnya akan harmoni. Tetapi jika menyalahi sekenario, maka ia akan dicemooh oleh penonon dan akan ditegur oleh sutradara.
Peranan merupakan aspek dinamis dari status (kedudukan). Apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajibannya sesuatu dengan status yang dimiliki dalam suatu masyarakat, maka ia telah melakukan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dariorang yang memiliki status atau kedudukan. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan.
Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar yang baik yang ditandai adanya kebersamaan. Apabila setiap individu bertindak sesuai ekspektasi peranan, tuntunan peranan dan tehindar dari konflk peranan. Ekspektasi peranan mengatakan atau peranan yang diharapkan artinya hubungan interpesonalberjalan dengan baik apabila masing-masing individu dapat memainkan peranan sebagaimana yang diharapkan.
Tuntutan peranan adalah desakan keadaan yang memaksa individu memainkan peran tertentu yang sebenarnya tidak diharapkan. Dalam hubungan interpersonal, kadang-kadang seseorang dipaksa untuk memainan peranana tertentu, meskipu peran itu tidak diharapkan. Apabila tntutan peranan tersebut dapat dilakukan maka hubungan interpersonal masih terjaga. Contoh, seorang petani dituntut untuk berperan sebagai Ketua Rukun Warga (RW) di kampungnya. Desakan warga memaksa sang petani memainkan peran sebagai pemuka masyarakat. Apabila dia memainkan peranan yang dianut warga, maka hubungan interpersonal di masyarakat relatif nyaman.
Konflik peran terjadi ketika individu tidak sanggup memertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif. Misalnya seorang ibu yang berperan pula menadi seorang guru untuk menangani perkara anaknya yang sering membuat keributan di sekolah. Dapatkah dia berperan dia berperan sebagi seorang ibu yang harus menyelamat anaknya dari sanksi yang diberikan sekolah? Sementara sebagai gru harus melakuka tindakan yang baik dan dapat dicontoh semua siswa.[5]

        IV.     KESIMPULAN
Teori pertukaran sosial didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkan dengan penghargaan yang didapatkan. Para teoretikus pertukaran sosial berpendapat bahwa semua orang menilai hubungan mereka melihat pengorbanan dan penghargaan. Jallaludin Rakhmat menjelaskan apabila model pertukaran memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang. setiap orang memainkan peranannya sesua denga “sekenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang memenuhi sekenario, maka hidupnya akan harmoni. Tetapi jika menyalahi sekenario, maka ia akan dicemooh oleh penonon dan akan ditegur oleh sutradara.



           V.     PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun tentang teori hubungan interpersonal kami sadar bahwa makalah yang kami buat kurang sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua amin






























DAFTAR PUSTAKA
                        Aw. Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
M. Ploma, Magaret, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994
Ritzer. George Dan Smart. Barry, Handbook Teori Sosial, Bandung: Nusa Media, 2012
West, Richard  dan H. Turner. Lynn,  Pengantar teori komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2008



[1]Richard West dan Lynn H. Turner,  Pengantar teori komunikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hlm 216
[2] Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2011, Cet 1, hlm 36-37
[3] Magaret M. Ploma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm 52
[4] George Ritzer Dan Barry Smart, Handbook Teori Sosial, (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm 517-518
[5] Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet 1, hlm 38-39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar